Search This Blog
Saturday, June 12, 2010
Friday, June 11, 2010
Bisakah Anda menjadi seorang workaholic yang sehat?
Selain itu kehidupan sosial yang parah, keluarga yang terabaikan adalah dampak dari kebiasaan gila kerja. Sebuah penelitian bahkan membuktikan bahwa pasangan yang workaholic memiliki kemungkinan untuk bercerai lebih besar dari mereka yang bisa menyeimbangkan kehidupan mereka.
Jika Anda adalah workaholic namun tetap ingin menjalani hidup yang sehat dan seimbang, berikut ini adalah tips-tips-nya:
1. Ubah prioritas hidup
Yakinkan diri Anda bahwa ada yang lebih penting selain pekerjaan, salah satunya kesehatan Anda, keluarga dan teman-teman. Apakah Anda rela melewatkan peristiwa-peristiwa penting dalam keluarga Anda hanya demi sebuah pekerjaan? Apakah Anda tahu dampak buruk bagi kesehatan karena kebiasaan workaholic Anda? Apakah Anda bisa menikmati hasil kerja dengan maksimal jika nantinya Anda menderita sakit berat akibat stress? Pertanyaan - pertanyaan tersebut diharapkan bisa membuat Anda lebih bijak menyusun prioritas.
2. Benahi manajemen kerja Anda.
Setiap karyawan telah memiliki job desc-nya masing-masing. Kerjakanlah apa yang menjadi tugas Anda saja, tidak perlu sungkan untuk menolak pekerjaan tambahan lain jika Anda merasa tidak sanggup atau dirasa menganggu pekerjaan pokok Anda. Atur semuanya berdasarkan skala prioritas supaya Anda lebih fokus dalam mengerjakannya. Benahi juga jam kerja Anda. Workaholic selalu merasa 24 jam dalam sehari tidaklah cukup untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Tubuh juga perlu beristirahat, gunakanlah hari libur Sabtu atau Minggu untuk benar-benar lepas dari pekerjaan. Tekankan pada diri sendiri bahwa Anda tidak akan bekerja untuk hari itu. Jauhkan diri Anda dari komputer atau alat kerja Anda yang lain.
3. Asupan gizi yang seimbang dan menyehatkan
Berpikir dan bekerja membutuhkan energi yang besar. Imbangi tenaga yang dikeluarkan dengan asupan makanan yang cukup dengan kebutuhan tubuh Anda dan seimbang. Hindari fast food walaupun ini adalah pilihan termudah bagi para workaholic. Perbanyaklah minum air putih untuk mencegah dehidrasi. Kopi atau minuman berkafein lainnya memang dapat mempertahankan konsentrasi dan menjaga stamina, terutama saat lembur, namun ingatlah bahwa kafein yang berlebihan dapat menimbulkan peningkatan tekanan darah, perasaan cemas, gelisah.
4. Olahraga ringan dan cukup tidur.
Sekedar stretching ringan seperti menggerakkan kepala atau merenggangkan otot dapat membantu tubuh menjadi rileks. Belilah alat-alat olahraga yang dapat digunakan sembari bekerja yang banyak dijual di pasaran. Kemudian luangkan waktu untuk tidur. Penelitian menyebutkan bahwa tidur siang selama 20-30 menit dapat menjaga Anda tetap terjaga pada malam hari dan mengembalikan energi.
Ada suatu ungkapan bahwa sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Pun demikian dengan bekerja. Anda harus tahu batasannya karena tubuh Anda memiliki biology time-nya sendiri. Menjaga diri tetap sehat sekalipun Anda seorang workaholic sangatlah penting karena kesehatan itu mahal harganya. Kerja keras Anda akan menjadi sia-sia jika akhirnya Anda sendiri tidak dapat menikmatinya karena sakit akibat overworked. Ingatlah bahwa work hard is good, but work smart is better. So be smart with your work.
Bisakah Anda menjadi seorang workaholic yang sehat?
Selain itu kehidupan sosial yang parah, keluarga yang terabaikan adalah dampak dari kebiasaan gila kerja. Sebuah penelitian bahkan membuktikan bahwa pasangan yang workaholic memiliki kemungkinan untuk bercerai lebih besar dari mereka yang bisa menyeimbangkan kehidupan mereka.
Jika Anda adalah workaholic namun tetap ingin menjalani hidup yang sehat dan seimbang, berikut ini adalah tips-tips-nya:
1. Ubah prioritas hidup
Yakinkan diri Anda bahwa ada yang lebih penting selain pekerjaan, salah satunya kesehatan Anda, keluarga dan teman-teman. Apakah Anda rela melewatkan peristiwa-peristiwa penting dalam keluarga Anda hanya demi sebuah pekerjaan? Apakah Anda tahu dampak buruk bagi kesehatan karena kebiasaan workaholic Anda? Apakah Anda bisa menikmati hasil kerja dengan maksimal jika nantinya Anda menderita sakit berat akibat stress? Pertanyaan - pertanyaan tersebut diharapkan bisa membuat Anda lebih bijak menyusun prioritas.
2. Benahi manajemen kerja Anda.
Setiap karyawan telah memiliki job desc-nya masing-masing. Kerjakanlah apa yang menjadi tugas Anda saja, tidak perlu sungkan untuk menolak pekerjaan tambahan lain jika Anda merasa tidak sanggup atau dirasa menganggu pekerjaan pokok Anda. Atur semuanya berdasarkan skala prioritas supaya Anda lebih fokus dalam mengerjakannya. Benahi juga jam kerja Anda. Workaholic selalu merasa 24 jam dalam sehari tidaklah cukup untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Tubuh juga perlu beristirahat, gunakanlah hari libur Sabtu atau Minggu untuk benar-benar lepas dari pekerjaan. Tekankan pada diri sendiri bahwa Anda tidak akan bekerja untuk hari itu. Jauhkan diri Anda dari komputer atau alat kerja Anda yang lain.
3. Asupan gizi yang seimbang dan menyehatkan
Berpikir dan bekerja membutuhkan energi yang besar. Imbangi tenaga yang dikeluarkan dengan asupan makanan yang cukup dengan kebutuhan tubuh Anda dan seimbang. Hindari fast food walaupun ini adalah pilihan termudah bagi para workaholic. Perbanyaklah minum air putih untuk mencegah dehidrasi. Kopi atau minuman berkafein lainnya memang dapat mempertahankan konsentrasi dan menjaga stamina, terutama saat lembur, namun ingatlah bahwa kafein yang berlebihan dapat menimbulkan peningkatan tekanan darah, perasaan cemas, gelisah.
4. Olahraga ringan dan cukup tidur.
Sekedar stretching ringan seperti menggerakkan kepala atau merenggangkan otot dapat membantu tubuh menjadi rileks. Belilah alat-alat olahraga yang dapat digunakan sembari bekerja yang banyak dijual di pasaran. Kemudian luangkan waktu untuk tidur. Penelitian menyebutkan bahwa tidur siang selama 20-30 menit dapat menjaga Anda tetap terjaga pada malam hari dan mengembalikan energi.
Ada suatu ungkapan bahwa sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Pun demikian dengan bekerja. Anda harus tahu batasannya karena tubuh Anda memiliki biology time-nya sendiri. Menjaga diri tetap sehat sekalipun Anda seorang workaholic sangatlah penting karena kesehatan itu mahal harganya. Kerja keras Anda akan menjadi sia-sia jika akhirnya Anda sendiri tidak dapat menikmatinya karena sakit akibat overworked. Ingatlah bahwa work hard is good, but work smart is better. So be smart with your work.
Tidur Siang Untuk Produktifitas Kerja
Mengapa sebaiknya tidur siang?
Sebuah fakta yang diujarkan Dr. Sara C. Mednik dalam bukunya “Take a Nap! Change Your Life” justru menganjurkan untuk tidur siang. Menurut beliau, tidur siang membantu proses memori, kesiagaan dan belajar hal baru. Hal-hal penting yang dibutuhkan dalam menjalankan pekerjaan sehari-hari. Terlebih lagi jika waktu tidur malam kurang dari waktu yang direkomendasikan yaitu 8 jam. NASA juga menyetujui hal yang sama. Penelitian mereka menunjukkan bahwa tidur siang selama 26 menit bisa meningkatkan performa sebanyak 34%.
Sebuah penelitian juga menunjukkan bahwa power nap selama 20 menit di siang hari memberikan tubuh kesempatan untuk berisitrahat lebih baik dibandingkan tidur dengan waktu yang sama di pagi hari. Naturally, tubuh mulai merasakan kelelahan setelah terjaga selama 8 jam, karena itulah tidur siang merupakan saat yang tepat untuk mengembalikan kesegaran tubuh.
Berapa lama sebaiknya Anda tidur siang?
Banyak pakar yang menyarankan untuk tidur selama 15 – 30 menit. Akan tetapi sebuah riset juga menyebutkan bahwa tidur siang selama 1 jam akan memberikan dampak perbaikan dan peningkatan fungsi kognitif lebih baik dari tidur siang hanya selama 30 menit. Namun tentunya hal ini harus disesuaikan dengan waktu yang Anda miliki. Jika waktu yang tersisa hanya 15 menit, manfaatkanlah untuk tidur. Cobalah untuk memejamkan mata dan rileks hingga Anda terlelap. Rileks membantu untuk mengurangi stress dan menyegarkan pikiran Anda. Hal ini tentunya akan memberikan Anda nergi lebih banyak untuk menyelesaikan pekerjaan sampai jam kerja berakhir.
Mungkinkah dilaksanakan dan bagaimana?
Beberapa perusahaan di Jepang menyediakan ruangan bagi karyawan yang ingin tidur siang. Bahkan di Cina, ada hukum yang menjamin waktu untuk istirahat sejenak setelah makan siang. Di kota-kota besar di Spanyol, banyak restoran yang menyediakan tempat bagi karyawan untuk tidur sejenak setelah makan siang. Sudah sejak lama tidur siang jadi kebiasaan masyarakat di kota-kota di Eropa. Mulai banyak manajemen perusahaan yang memperhatikan kebutuhan tidur siang karyawan karena lagi-lagi sebuah penelitian membuktikan kalau pekerja yang terlalu lelah bisa merugikan perusahaan hingga USA $150 milyar karena productivitas yang berkurang.
Bagaimana di Indonesia?
Di Indonesia rasanya belum ada perusahaan yang menerapkan kebijakan untuk tidur siang. Alhasil, karyawan harus pandai-pandai memanfaatkan waktu istirahat yang ada untuk tidur siang. Karena waktu terbaik untuk tidur siang adalah sekitar jam 1 – 3 siang, cobalah untuk menyisihkan waktu setelah makan siang untuk memejamkan mata sejenak, walaupun waktu yang tersisa hanya 5 menit. Padamkan lampu ruangan atau carilah ruangan yang minim cahaya dan suara karena kedua faktor ini membantu untuk terlelap lebih cepat.
Jika Anda tidak memiliki waktu sama sekali untuk tidur siang atau merasa tidak nyaman melakukannya di tengah hingar bingar kantor, cobalah untuk melakukan meditasi. Hal ini memberikan kesempatan bagi tubuh untuk istirahat dan membantu memproduksi gelombang otak yang sama seperti saat kita tidur.
Tidur Siang Untuk Produktifitas Kerja
Mengapa sebaiknya tidur siang?
Sebuah fakta yang diujarkan Dr. Sara C. Mednik dalam bukunya “Take a Nap! Change Your Life” justru menganjurkan untuk tidur siang. Menurut beliau, tidur siang membantu proses memori, kesiagaan dan belajar hal baru. Hal-hal penting yang dibutuhkan dalam menjalankan pekerjaan sehari-hari. Terlebih lagi jika waktu tidur malam kurang dari waktu yang direkomendasikan yaitu 8 jam. NASA juga menyetujui hal yang sama. Penelitian mereka menunjukkan bahwa tidur siang selama 26 menit bisa meningkatkan performa sebanyak 34%.
Sebuah penelitian juga menunjukkan bahwa power nap selama 20 menit di siang hari memberikan tubuh kesempatan untuk berisitrahat lebih baik dibandingkan tidur dengan waktu yang sama di pagi hari. Naturally, tubuh mulai merasakan kelelahan setelah terjaga selama 8 jam, karena itulah tidur siang merupakan saat yang tepat untuk mengembalikan kesegaran tubuh.
Berapa lama sebaiknya Anda tidur siang?
Banyak pakar yang menyarankan untuk tidur selama 15 – 30 menit. Akan tetapi sebuah riset juga menyebutkan bahwa tidur siang selama 1 jam akan memberikan dampak perbaikan dan peningkatan fungsi kognitif lebih baik dari tidur siang hanya selama 30 menit. Namun tentunya hal ini harus disesuaikan dengan waktu yang Anda miliki. Jika waktu yang tersisa hanya 15 menit, manfaatkanlah untuk tidur. Cobalah untuk memejamkan mata dan rileks hingga Anda terlelap. Rileks membantu untuk mengurangi stress dan menyegarkan pikiran Anda. Hal ini tentunya akan memberikan Anda nergi lebih banyak untuk menyelesaikan pekerjaan sampai jam kerja berakhir.
Mungkinkah dilaksanakan dan bagaimana?
Beberapa perusahaan di Jepang menyediakan ruangan bagi karyawan yang ingin tidur siang. Bahkan di Cina, ada hukum yang menjamin waktu untuk istirahat sejenak setelah makan siang. Di kota-kota besar di Spanyol, banyak restoran yang menyediakan tempat bagi karyawan untuk tidur sejenak setelah makan siang. Sudah sejak lama tidur siang jadi kebiasaan masyarakat di kota-kota di Eropa. Mulai banyak manajemen perusahaan yang memperhatikan kebutuhan tidur siang karyawan karena lagi-lagi sebuah penelitian membuktikan kalau pekerja yang terlalu lelah bisa merugikan perusahaan hingga USA $150 milyar karena productivitas yang berkurang.
Bagaimana di Indonesia?
Di Indonesia rasanya belum ada perusahaan yang menerapkan kebijakan untuk tidur siang. Alhasil, karyawan harus pandai-pandai memanfaatkan waktu istirahat yang ada untuk tidur siang. Karena waktu terbaik untuk tidur siang adalah sekitar jam 1 – 3 siang, cobalah untuk menyisihkan waktu setelah makan siang untuk memejamkan mata sejenak, walaupun waktu yang tersisa hanya 5 menit. Padamkan lampu ruangan atau carilah ruangan yang minim cahaya dan suara karena kedua faktor ini membantu untuk terlelap lebih cepat.
Jika Anda tidak memiliki waktu sama sekali untuk tidur siang atau merasa tidak nyaman melakukannya di tengah hingar bingar kantor, cobalah untuk melakukan meditasi. Hal ini memberikan kesempatan bagi tubuh untuk istirahat dan membantu memproduksi gelombang otak yang sama seperti saat kita tidur.
Thursday, June 10, 2010
Five Reasons to Avoid an Office Romance
By Dawn Rosenberg McKay, www.About.com
Before you embark on an office romance and fall head over heals for a co-worker or the boss, consider these musical words of warning.
1. "Love's Got a Hold on You": Any romance can be distracting, never mind an office romance. When the object of your affection works with you, you may find yourself gazing at your sweetheart instead of tending to your job responsibilities.
2. "Looking Through the Eyes of Love": An office romance can complicate the relationship between boss and subordinate. It changes your working relationship significantly. Offering criticism, or receiving it, can be difficult. You may not be able to, or want to, look critically at your significant other's work and you might not be receptive to his or her critiques of your work.
3. "Love is a Battlefield": A disagreement at home will find its way to the office and a disagreement at the office will find its way home.
4. "Prisoner of Love": You might stay in an office romance longer than you want to because you are afraid of damaging your working relationship.
5. "Breaking Up is Hard to Do": You shouldn't stay in a bad relationship, but your fears that ending it will damage your working relationship are realistic. Breakups are hard in general, but seeing your ex everyday can be grueling, even if both of you handle things in the best way possible.
Sometimes love can't be denied. If your feelings about a co-worker are so strong that you can't deny them any longer, in spite of the warnings you just read, remember, "You've Got to Hide Your Love Away." Don't put your relationship on display. Your co-workers don't need to, and as importantly don't want to, be privy to the ups and downs of your relationship.
Indonesia Job , Jobs Info , Job vacancy
Five Reasons to Avoid an Office Romance
By Dawn Rosenberg McKay, www.About.com
Before you embark on an office romance and fall head over heals for a co-worker or the boss, consider these musical words of warning.
1. "Love's Got a Hold on You": Any romance can be distracting, never mind an office romance. When the object of your affection works with you, you may find yourself gazing at your sweetheart instead of tending to your job responsibilities.
2. "Looking Through the Eyes of Love": An office romance can complicate the relationship between boss and subordinate. It changes your working relationship significantly. Offering criticism, or receiving it, can be difficult. You may not be able to, or want to, look critically at your significant other's work and you might not be receptive to his or her critiques of your work.
3. "Love is a Battlefield": A disagreement at home will find its way to the office and a disagreement at the office will find its way home.
4. "Prisoner of Love": You might stay in an office romance longer than you want to because you are afraid of damaging your working relationship.
5. "Breaking Up is Hard to Do": You shouldn't stay in a bad relationship, but your fears that ending it will damage your working relationship are realistic. Breakups are hard in general, but seeing your ex everyday can be grueling, even if both of you handle things in the best way possible.
Sometimes love can't be denied. If your feelings about a co-worker are so strong that you can't deny them any longer, in spite of the warnings you just read, remember, "You've Got to Hide Your Love Away." Don't put your relationship on display. Your co-workers don't need to, and as importantly don't want to, be privy to the ups and downs of your relationship.
Indonesia Job , Jobs Info , Job vacancy
Five Things Not to Do When You Leave Your Job
By Dawn Rosenberg McKay
Leaving a job is often upsetting, whether you were fired or finally decided to quit. You may have trouble remembering to do the right thing. Here are five things you should avoid doing.
1. Don’t tell off your boss and co-workers, even if you think they deserve it.
When you leave your job, your emotions may be running high, especially if you are leaving on bad terms. You may want to tell your boss or co-workers what you really think of them. Don’t do it, even if they truly deserve it. You never know who you will meet down the road and who you may have to work with one day.
2. Don’t damage company property or steal something.
You may feel you were mistreated by your employer and you may be really angry. However, vandalism and theft are criminal offenses. Not only will your professional repution be damaged by your actions, you could end up in jail.
3. Don’t forget to ask for a reference.
This may sound like an odd thing to consider if you are leaving your job on unfavorable terms. However, you will have to include this job on your resume, so you should try to make sure you get either a good or, at least, a neutral reference. If you’ve been fired because of some horrible offense, this may be a moot point. However if your parting is due to something less serious, you may be able to ask your boss for a reference, in spite of the fact that “things didn’t work out as expected.”
4. Don’t badmouth your employer or any of your co-workers to your replacement.
First of all, it will only look like sour grapes, so there’s nothing to gain here. Second, your successor will figure things out for himself or herself. Third, it may have been bad chemistry, and your co-worker will have a totally different experience than you did.
5. Don’t badmouth your employer to a prospective employer when you go on a job interview.
The only person who this will make look bad is you. Your prospective boss will wonder what caused your relationship with your prior employer to sour and will suspect that you could have been at fault.
Indonesia Job , Jobs Info , Job vacancy
Five Things Not to Do When You Leave Your Job
By Dawn Rosenberg McKay
Leaving a job is often upsetting, whether you were fired or finally decided to quit. You may have trouble remembering to do the right thing. Here are five things you should avoid doing.
1. Don’t tell off your boss and co-workers, even if you think they deserve it.
When you leave your job, your emotions may be running high, especially if you are leaving on bad terms. You may want to tell your boss or co-workers what you really think of them. Don’t do it, even if they truly deserve it. You never know who you will meet down the road and who you may have to work with one day.
2. Don’t damage company property or steal something.
You may feel you were mistreated by your employer and you may be really angry. However, vandalism and theft are criminal offenses. Not only will your professional repution be damaged by your actions, you could end up in jail.
3. Don’t forget to ask for a reference.
This may sound like an odd thing to consider if you are leaving your job on unfavorable terms. However, you will have to include this job on your resume, so you should try to make sure you get either a good or, at least, a neutral reference. If you’ve been fired because of some horrible offense, this may be a moot point. However if your parting is due to something less serious, you may be able to ask your boss for a reference, in spite of the fact that “things didn’t work out as expected.”
4. Don’t badmouth your employer or any of your co-workers to your replacement.
First of all, it will only look like sour grapes, so there’s nothing to gain here. Second, your successor will figure things out for himself or herself. Third, it may have been bad chemistry, and your co-worker will have a totally different experience than you did.
5. Don’t badmouth your employer to a prospective employer when you go on a job interview.
The only person who this will make look bad is you. Your prospective boss will wonder what caused your relationship with your prior employer to sour and will suspect that you could have been at fault.
Indonesia Job , Jobs Info , Job vacancy
Jalan Kuno Jerusalem Berusia 1.500 Tahun Ditemukan
Badan arkeologi Israel, Rabu (10/2/2010), menemukan sebuah jalan di kota Jerusalem Lama, yang menjadi pusat urat nadi perekonomian dan perdagangan sekitar 1.500 tahun yang lalu.
Jalan tua ini ditemukan ketika para pekerja dari infrastruktur kota melakukan penggalian di sisi dalam Gerbang Jaffa, sebelah barat kota.
Di sini ditemukan sebuah batuan besar yang posisinya berada di bawah jalan yang saat ini dikenal dengan nama Jalan Daud. Demikian dilaporkan Badan Otoritas Kepurbakalaan Israel atau Israel Antiquities Authority (IAA).
"Hari ini kami telah mengeluarkan sejumlah artefak arkeologi pada kedalaman 4,5 meter di bawah permukaan jalan. Banyak temuan yang membuat kami gembira. Kami menemukan lembaran lantai besar yang kemungkinan adalah sebuah jalan pada masa lalu," kata Ofer Sion, Direktur Penggalian Otoritas Kepurbakalaan Israel.
Menurut IAA, sejumlah artefak kuno juga ditemukan di situs penggalian tersebut.
"Ini kemungkinan sebuah jalan besar yang merupakan jalur sibuk atau jalan urat nadi utama ketika Jerusalem menjadi kota Kristen. Ini luar biasa. Jalan Daud ternyata menyimpan begitu banyak cerita, begitu banyak perjalan kehidupan manusia yang menarik, yang melewati jalan yang dibangun sekitar 1.500 tahun lalu ini," kata Sion.
Artefak kuno ini digali sesuai peta mosaik kuno. Peta tersebut ditemukan di sebuah gereja Jordania yang saat ini dikenal sebagai Peta Madaba. Peta tersebut menggambarkan tanah suci pada masa Bizantium.
Menurut IAA, dalam peta tua tersebut digambarkan, "Untuk masuk ke kota suci Jerusalem dari sisi barat harus melalui pintu yang sangat besar, yang mengarah ke satu jalan pusat kota yang sangat ramai."
Artefak kuno lain yang juga ditemukan dalam penggalian ini adalah koin dan tembikar kapal. Ada pula lima perunggu kecil persegi yang kemungkinan digunakan pedagang sebagai pemberat untuk menimbang logam mulia kuno.
Jalan Kuno Jerusalem Berusia 1.500 Tahun Ditemukan
Badan arkeologi Israel, Rabu (10/2/2010), menemukan sebuah jalan di kota Jerusalem Lama, yang menjadi pusat urat nadi perekonomian dan perdagangan sekitar 1.500 tahun yang lalu.
Jalan tua ini ditemukan ketika para pekerja dari infrastruktur kota melakukan penggalian di sisi dalam Gerbang Jaffa, sebelah barat kota.
Di sini ditemukan sebuah batuan besar yang posisinya berada di bawah jalan yang saat ini dikenal dengan nama Jalan Daud. Demikian dilaporkan Badan Otoritas Kepurbakalaan Israel atau Israel Antiquities Authority (IAA).
"Hari ini kami telah mengeluarkan sejumlah artefak arkeologi pada kedalaman 4,5 meter di bawah permukaan jalan. Banyak temuan yang membuat kami gembira. Kami menemukan lembaran lantai besar yang kemungkinan adalah sebuah jalan pada masa lalu," kata Ofer Sion, Direktur Penggalian Otoritas Kepurbakalaan Israel.
Menurut IAA, sejumlah artefak kuno juga ditemukan di situs penggalian tersebut.
"Ini kemungkinan sebuah jalan besar yang merupakan jalur sibuk atau jalan urat nadi utama ketika Jerusalem menjadi kota Kristen. Ini luar biasa. Jalan Daud ternyata menyimpan begitu banyak cerita, begitu banyak perjalan kehidupan manusia yang menarik, yang melewati jalan yang dibangun sekitar 1.500 tahun lalu ini," kata Sion.
Artefak kuno ini digali sesuai peta mosaik kuno. Peta tersebut ditemukan di sebuah gereja Jordania yang saat ini dikenal sebagai Peta Madaba. Peta tersebut menggambarkan tanah suci pada masa Bizantium.
Menurut IAA, dalam peta tua tersebut digambarkan, "Untuk masuk ke kota suci Jerusalem dari sisi barat harus melalui pintu yang sangat besar, yang mengarah ke satu jalan pusat kota yang sangat ramai."
Artefak kuno lain yang juga ditemukan dalam penggalian ini adalah koin dan tembikar kapal. Ada pula lima perunggu kecil persegi yang kemungkinan digunakan pedagang sebagai pemberat untuk menimbang logam mulia kuno.
Wednesday, June 9, 2010
short Japanese hairstyles
Know More System Analyst
In the category of application specialist positions such as programmer analyst system is still occupying the top IT job based on the analysis carried out by JobsDB.com Indonesia. Of the approximately 800 jobs of which aired in the IT field JobsDB.com every day, almost 45% of it is the work under this category.
System analysts and programmers have relevance because programmer who later poured the system analysis into programming languages. A career of a professional analyst system also often originated from the programmer.
High demand for the positions of the IT sector makes more and more workers are racing to pursue a career in this field. If you are one of the hundreds of job seekers who want a career as a systems analyst or programmer, are you already know and understand the responsibilities and qualifications of this job?
Discussion this time is to know more about professional analyst system. Analyst system is IT professionals who have the ability to analyze a system used by a company in support of operational and production. The analysis was done by identifying and studying problems that arise from a system to then formulate a solution that is consistent with the interests of business and information technology.
Many other names mentioned analyst system, for example the system designers, system consultants, system engineers.
What are the duties and responsibilities of a systems analyst? Broadly speaking, an analyst system is not only responsible for the field of technology alone, but more broadly in the field of applications overall.
A good analyst system must be able to follow the following workflow:
- Understand the existing system
- Identify the problem
- Analyze problems
- Formulate a solution / solutions
The systems analyst does not work alone. He will be associated not only with fellow analyst system, but also with programmers, users and managers.
What are the ideal qualifications of a system analyst? If you are interested in becoming a professional analyst system, here are the knowledge and skills that you should have:
- Knowledge and skills in computer technology, programming languages and data processing techniques, including skills in using tools and techniques for developing software applications and hardware, data communications technologies, programming languages and operating systems.
- Knowledge of the user / or business in general. You need knowledge of company business, at least in general, so you can communicate with the user who will run this system. Business knowledge which should have is the knowledge of company accounting, management, marketing, personnel, and company policies.
- Knowledge and skills related to qualitative methods such as linear programming, dynamic programming, simulation and others.
- Ability to analyze problems and provide solutions. Analyst system in general will analyze, sort out and describe the complex problems posed by the system used by the company. This capability is important to get a solution to the problem.
- Communication skills (verbal and written) and ability to build and maintain relationships. Like professionals, communication skills are essential skills for dealing with many parties, especially users, in delivering presentations, creating reports, etc..
For your information, the salary of a systems analyst in Indonesia ranges from Rp. 3.2 million - Rp. 11 million.
Know More System Analyst
In the category of application specialist positions such as programmer analyst system is still occupying the top IT job based on the analysis carried out by JobsDB.com Indonesia. Of the approximately 800 jobs of which aired in the IT field JobsDB.com every day, almost 45% of it is the work under this category.
System analysts and programmers have relevance because programmer who later poured the system analysis into programming languages. A career of a professional analyst system also often originated from the programmer.
High demand for the positions of the IT sector makes more and more workers are racing to pursue a career in this field. If you are one of the hundreds of job seekers who want a career as a systems analyst or programmer, are you already know and understand the responsibilities and qualifications of this job?
Discussion this time is to know more about professional analyst system. Analyst system is IT professionals who have the ability to analyze a system used by a company in support of operational and production. The analysis was done by identifying and studying problems that arise from a system to then formulate a solution that is consistent with the interests of business and information technology.
Many other names mentioned analyst system, for example the system designers, system consultants, system engineers.
What are the duties and responsibilities of a systems analyst? Broadly speaking, an analyst system is not only responsible for the field of technology alone, but more broadly in the field of applications overall.
A good analyst system must be able to follow the following workflow:
- Understand the existing system
- Identify the problem
- Analyze problems
- Formulate a solution / solutions
The systems analyst does not work alone. He will be associated not only with fellow analyst system, but also with programmers, users and managers.
What are the ideal qualifications of a system analyst? If you are interested in becoming a professional analyst system, here are the knowledge and skills that you should have:
- Knowledge and skills in computer technology, programming languages and data processing techniques, including skills in using tools and techniques for developing software applications and hardware, data communications technologies, programming languages and operating systems.
- Knowledge of the user / or business in general. You need knowledge of company business, at least in general, so you can communicate with the user who will run this system. Business knowledge which should have is the knowledge of company accounting, management, marketing, personnel, and company policies.
- Knowledge and skills related to qualitative methods such as linear programming, dynamic programming, simulation and others.
- Ability to analyze problems and provide solutions. Analyst system in general will analyze, sort out and describe the complex problems posed by the system used by the company. This capability is important to get a solution to the problem.
- Communication skills (verbal and written) and ability to build and maintain relationships. Like professionals, communication skills are essential skills for dealing with many parties, especially users, in delivering presentations, creating reports, etc..
For your information, the salary of a systems analyst in Indonesia ranges from Rp. 3.2 million - Rp. 11 million.
Lebih Mengenal Head Hunter
akan untuk menyebut para konsultan yang jasanya dipercaya oleh para perusahaan untuk mencari atau hunt para top professional atau senior executive dengan keahlian spesifik dan khusus, yang tidak bisa atau jarang ditemukan dengan iklan lowongan kerja biasa.
Dikalangan professional atau high level executive, ada kebanggaan tersendiri jika mereka sudah dihubungi oleh head hunter. Hal tersebut menandakan bahwa reputasi, kredibilitas dan prestasi kerja mereka dikenali dan dibutuhkan. Karena itulah telepon dari head hunter sering kali diidentikkan dengan kabar gembira bagi para eksekutif karena besar kemungkinan mereka akan ditawari pekerjaan yang mungkin saja lebih baik dan memberikan kompensasi lebih.
Bagaimana cara head hunter mencari kandidat ?
Setelah mendapatkan kualifikasi spesifik mengenai posisi yang dibutuhkan dari HRD perusahaan, head hunter akan mulai 'berburu' kandidat yang sesuai. Memang umumnya sebuah perusahaan executive search sudah membangun network yang cukup kuat sebelum mereka mulai menerima tugas dari klien, akan tetapi masih ada kemungkinan tidak memiliki database kandidat yang cocok. Beragam cara bisa dilakukan seorang konsultan untuk riset kandidat. Kreatifitas adalah kuncinya. Memasang iklan di media cetak terkemuka atau di website yang sudah ternama bisa jadi salah satu pilihan. Sama halnya dengan referensi yang seringkali jadi sumber informasi kandidat yang efektif. Perusahaan kompetitor bahkan bisa jadi sumber informasi database yang besar bagi para head hunter. Bukan tidak mungkin kandidat yang awalnya bekerja di perusahaan kompetitor akhirnya pindah ke perusahaan saingannya karena tawaran yang lebih menggiurkan. Inilah yang membuat head hunter sering dujuluki 'pembajak'.
Bagaimana cara kerja head hunter ?
Tanggung jawab head hunter tidak berhenti walaupun sudah mendapatkan kandidat yang sesuai dengan kualifikasi yang disyaratkan perusahaan. Interview sebagai seleksi awal masih harus dilakukan untuk memastikan bahwa kandidat memiliki kepribadian dan karakter yang sesuai dengan posisi tersebut. Setelah head hunter memastikan bahwa kandidat mereka qualified, barulah nama dan CV kandidat tersebut dikirimkan ke klien. Selanjutnya head hunter akan mengatur jadwal interview potential candidate dengan klien dan menindaklanjuti hasil wawancara tersebut.
Apa yang dibutuhkan untuk menjadi head hunter yang ideal ?
Tidak ada gelar akademis khusus yang harus dimiliki seseorang untuk terjun ke profesi ini. Yang pasti, seorang konsultan executive search harus memiliki communication skills yang baik, memiliki network atau jejaring yang luas, mampu menyelami karakter, menggali kompetensi dan keahlian seorang kandidat untuk melakukan penyeleksian awal. Konsultan juga harus memiliki kemampuan riset yang baik. Seringkali klien berasal dari bidang yang tidak terlalu popular sehingga ia dituntut untuk bisa mendalami suatu bidang tertentu melalui riset. Riset bisa dilakukan melalui Internet, referensi, bahkan terjun langsung ke 'lapangan'.
Tantangan di bidang ini
Seringkali kandidat yang di "approach" oleh head hunter tidak pernah mendengar istilah head hunter atau executive search. Beberapa dari mereka bahkan curiga saat dihubungi. Dibutuhkan waktu dan kesabaran untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan head hunter dan kesempatan baik yang dibawa oleh para konsultan kepada para professional. Sama halnya dengan kepercayaan dari klien. Tidak semua HRD perusahaan familiar dengan jasa head hunter dan seringkali tidak mengerti mengapa mereka harus menggunakan jasa mereka. "Saat berusaha mendekati kandidat yang potensial, terutama mereka yang sudah berada di level top executive, seperti CEO, CFO, seringkali kami mengalami kesulitan untuk 'menembus' birokrasi yang panjang sebelum akhirnya bisa bicara langsung" demikian ujar Helny Widiastuti, Manager Prestige Consulting, perusahaan yang juga bergerak di bidang ini.
Bagaimana prospek profesi ini dimasa yang akan datang ?
Dengan proses rekrutmen untuk senior atau top executive yang bisa berlangsung panjang dan seringkali rumit, kehadiran head hunter atau executive search sangat membantu. Terutama perusahaan-perusahaan besar yang operasionalnya bergerak dengan dinamis, head hunter dengan kekuatan data base, jejaring dan research skill membantu mendapatkan kandidat dengan ketepatan hingga 90%, dalam waktu yang cukup singkat. "Di masa yang akan datang akan makin banyak perusahaan yang menyadari bahwa untuk mendapatkan kandidat top executive yang berkualitas mereka tidak harus menjalani seluruh proses rekrutmen yang seringkali panjang. Head hunter bisa membantu menghemat waktu, tenaga dan effort dengan hasil yang baik" lanjut Helny lebih jauh lagi.
Lebih Mengenal Head Hunter
akan untuk menyebut para konsultan yang jasanya dipercaya oleh para perusahaan untuk mencari atau hunt para top professional atau senior executive dengan keahlian spesifik dan khusus, yang tidak bisa atau jarang ditemukan dengan iklan lowongan kerja biasa.
Dikalangan professional atau high level executive, ada kebanggaan tersendiri jika mereka sudah dihubungi oleh head hunter. Hal tersebut menandakan bahwa reputasi, kredibilitas dan prestasi kerja mereka dikenali dan dibutuhkan. Karena itulah telepon dari head hunter sering kali diidentikkan dengan kabar gembira bagi para eksekutif karena besar kemungkinan mereka akan ditawari pekerjaan yang mungkin saja lebih baik dan memberikan kompensasi lebih.
Bagaimana cara head hunter mencari kandidat ?
Setelah mendapatkan kualifikasi spesifik mengenai posisi yang dibutuhkan dari HRD perusahaan, head hunter akan mulai 'berburu' kandidat yang sesuai. Memang umumnya sebuah perusahaan executive search sudah membangun network yang cukup kuat sebelum mereka mulai menerima tugas dari klien, akan tetapi masih ada kemungkinan tidak memiliki database kandidat yang cocok. Beragam cara bisa dilakukan seorang konsultan untuk riset kandidat. Kreatifitas adalah kuncinya. Memasang iklan di media cetak terkemuka atau di website yang sudah ternama bisa jadi salah satu pilihan. Sama halnya dengan referensi yang seringkali jadi sumber informasi kandidat yang efektif. Perusahaan kompetitor bahkan bisa jadi sumber informasi database yang besar bagi para head hunter. Bukan tidak mungkin kandidat yang awalnya bekerja di perusahaan kompetitor akhirnya pindah ke perusahaan saingannya karena tawaran yang lebih menggiurkan. Inilah yang membuat head hunter sering dujuluki 'pembajak'.
Bagaimana cara kerja head hunter ?
Tanggung jawab head hunter tidak berhenti walaupun sudah mendapatkan kandidat yang sesuai dengan kualifikasi yang disyaratkan perusahaan. Interview sebagai seleksi awal masih harus dilakukan untuk memastikan bahwa kandidat memiliki kepribadian dan karakter yang sesuai dengan posisi tersebut. Setelah head hunter memastikan bahwa kandidat mereka qualified, barulah nama dan CV kandidat tersebut dikirimkan ke klien. Selanjutnya head hunter akan mengatur jadwal interview potential candidate dengan klien dan menindaklanjuti hasil wawancara tersebut.
Apa yang dibutuhkan untuk menjadi head hunter yang ideal ?
Tidak ada gelar akademis khusus yang harus dimiliki seseorang untuk terjun ke profesi ini. Yang pasti, seorang konsultan executive search harus memiliki communication skills yang baik, memiliki network atau jejaring yang luas, mampu menyelami karakter, menggali kompetensi dan keahlian seorang kandidat untuk melakukan penyeleksian awal. Konsultan juga harus memiliki kemampuan riset yang baik. Seringkali klien berasal dari bidang yang tidak terlalu popular sehingga ia dituntut untuk bisa mendalami suatu bidang tertentu melalui riset. Riset bisa dilakukan melalui Internet, referensi, bahkan terjun langsung ke 'lapangan'.
Tantangan di bidang ini
Seringkali kandidat yang di "approach" oleh head hunter tidak pernah mendengar istilah head hunter atau executive search. Beberapa dari mereka bahkan curiga saat dihubungi. Dibutuhkan waktu dan kesabaran untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan head hunter dan kesempatan baik yang dibawa oleh para konsultan kepada para professional. Sama halnya dengan kepercayaan dari klien. Tidak semua HRD perusahaan familiar dengan jasa head hunter dan seringkali tidak mengerti mengapa mereka harus menggunakan jasa mereka. "Saat berusaha mendekati kandidat yang potensial, terutama mereka yang sudah berada di level top executive, seperti CEO, CFO, seringkali kami mengalami kesulitan untuk 'menembus' birokrasi yang panjang sebelum akhirnya bisa bicara langsung" demikian ujar Helny Widiastuti, Manager Prestige Consulting, perusahaan yang juga bergerak di bidang ini.
Bagaimana prospek profesi ini dimasa yang akan datang ?
Dengan proses rekrutmen untuk senior atau top executive yang bisa berlangsung panjang dan seringkali rumit, kehadiran head hunter atau executive search sangat membantu. Terutama perusahaan-perusahaan besar yang operasionalnya bergerak dengan dinamis, head hunter dengan kekuatan data base, jejaring dan research skill membantu mendapatkan kandidat dengan ketepatan hingga 90%, dalam waktu yang cukup singkat. "Di masa yang akan datang akan makin banyak perusahaan yang menyadari bahwa untuk mendapatkan kandidat top executive yang berkualitas mereka tidak harus menjalani seluruh proses rekrutmen yang seringkali panjang. Head hunter bisa membantu menghemat waktu, tenaga dan effort dengan hasil yang baik" lanjut Helny lebih jauh lagi.
The Job Interview
A job interview is your chance to show an employer what kind of employee he or she will get if you're hired. That is why it is essential to be well prepared for the job interview. Preparing means knowing about the industry, the employer, and yourself. It means paying attention to details like personal appearance, punctuality, and demeanor.
Knowledge is always your best weapon and so you should arm yourself with plenty of it. That starts with the very basic bit of knowledge regarding jobs interview. Before you research the industry and the company and even before you practice answering the questions you might be asked, you should have some general information about job interviews. Let's start by going over the different types of interviews you might face.
Types of Job Interviews
- The Screening Interview
Your first interview with a particular employer will often be the screening interview. This is usually an interview with someone in human resources. It may take place in person or on the telephone. He or she will have a copy of your resume in hand and will try to verify the information on it. The human resources representative will want to find out if you meet the minimum qualifications for the job and, if you do, you will be passed on to the next step.
- The Selection Interview
The selection interview is the step in the process which makes people the most anxious. The employer knows you are qualified to do the job. While you may have the skills to perform the tasks that are required by the job in question, the employer needs to know if you have the personality necessary to "fit in." Someone who can't interact well with management and co-workers may disrupt the functioning of an entire department. This ultimately can affect the company's bottom line. Many experts feel that this can be determined within the first several minutes of the interview. However, more than one person being interviewed for a single opening may appear to fit in. Often, job candidates are invited back for several interviews with different people before a final decision is made.
- The Group Interview
In the group interview, several job candidates are questioned at once. Since any group naturally stratifies into leaders and followers, the interviewer can easily find out into which category each candidate falls. In addition to determining whether you are a leader or a follower, the interviewer can also learn whether you are a "team player." You should do nothing other than act naturally. Acting like a leader if you are not one may get you a job that is inappropriate for you.
- The Panel Interview
In a panel interview, the candidate is interviewed by several people at once. Although it can be quite intimidating, you should try to remain calm. Try to establish rapport with each member of the panel. Make eye contact with each one as you answer his or her question.
- The Stress Interview
The stress interview is not a very nice way to be introduced to the company that may end up being your future employer. It is, however, a technique employers sometimes use to weed out candidates who cannot handle adversity. The interviewer may try to artificially introduce stress into the interview by asking questions so quickly that the candidate doesn't have time to answer each one. Another interviewer trying to introduce stress may respond to a candidate's answers with silence. The interviewer may also ask weird questions, not to determine what the job candidate answers, but how he or she answers.
According to Interviewing by The National Business Employment Weekly (John Wiley and Sons, 1994), the job candidate should first "recognize that you're in the situation. Once you realize what's happening, it's much easier to stay calm because you can mentally re-frame the situation. Then you have two choices: Play along or refuse to be treated so poorly." If you do play along, the book recommends later finding out if the reason for conducting a stress interview is legitimate. That will determine if this is a company for whom you want to work.
Job Vacancy , Career , Indonesia Job
Sumber : About.com
The Job Interview
A job interview is your chance to show an employer what kind of employee he or she will get if you're hired. That is why it is essential to be well prepared for the job interview. Preparing means knowing about the industry, the employer, and yourself. It means paying attention to details like personal appearance, punctuality, and demeanor.
Knowledge is always your best weapon and so you should arm yourself with plenty of it. That starts with the very basic bit of knowledge regarding jobs interview. Before you research the industry and the company and even before you practice answering the questions you might be asked, you should have some general information about job interviews. Let's start by going over the different types of interviews you might face.
Types of Job Interviews
- The Screening Interview
Your first interview with a particular employer will often be the screening interview. This is usually an interview with someone in human resources. It may take place in person or on the telephone. He or she will have a copy of your resume in hand and will try to verify the information on it. The human resources representative will want to find out if you meet the minimum qualifications for the job and, if you do, you will be passed on to the next step.
- The Selection Interview
The selection interview is the step in the process which makes people the most anxious. The employer knows you are qualified to do the job. While you may have the skills to perform the tasks that are required by the job in question, the employer needs to know if you have the personality necessary to "fit in." Someone who can't interact well with management and co-workers may disrupt the functioning of an entire department. This ultimately can affect the company's bottom line. Many experts feel that this can be determined within the first several minutes of the interview. However, more than one person being interviewed for a single opening may appear to fit in. Often, job candidates are invited back for several interviews with different people before a final decision is made.
- The Group Interview
In the group interview, several job candidates are questioned at once. Since any group naturally stratifies into leaders and followers, the interviewer can easily find out into which category each candidate falls. In addition to determining whether you are a leader or a follower, the interviewer can also learn whether you are a "team player." You should do nothing other than act naturally. Acting like a leader if you are not one may get you a job that is inappropriate for you.
- The Panel Interview
In a panel interview, the candidate is interviewed by several people at once. Although it can be quite intimidating, you should try to remain calm. Try to establish rapport with each member of the panel. Make eye contact with each one as you answer his or her question.
- The Stress Interview
The stress interview is not a very nice way to be introduced to the company that may end up being your future employer. It is, however, a technique employers sometimes use to weed out candidates who cannot handle adversity. The interviewer may try to artificially introduce stress into the interview by asking questions so quickly that the candidate doesn't have time to answer each one. Another interviewer trying to introduce stress may respond to a candidate's answers with silence. The interviewer may also ask weird questions, not to determine what the job candidate answers, but how he or she answers.
According to Interviewing by The National Business Employment Weekly (John Wiley and Sons, 1994), the job candidate should first "recognize that you're in the situation. Once you realize what's happening, it's much easier to stay calm because you can mentally re-frame the situation. Then you have two choices: Play along or refuse to be treated so poorly." If you do play along, the book recommends later finding out if the reason for conducting a stress interview is legitimate. That will determine if this is a company for whom you want to work.
Job Vacancy , Career , Indonesia Job
Sumber : About.com
Tuesday, June 8, 2010
Megan Fox Latest Hairstyle
10 Tips for Writing a Professional Résumé
2. Justify the text instead of using left align. Most people are accustomed to reading justified text. This will make your résumé easy to follow.
3. Choose a common font. Times New Roman, Arial, and Verdana are some of the best fonts for a résumé. Now is not the time to experiment. Most computers do not have 600 different fonts installed so the file will not read correctly if you use your decorative fonts. Do not use cutesy graphics such as candy canes or teddy bears if you want to be taken seriously. (Yes, I have really received a résumé with teddy bears and candy canes on it.) It is NOT appropriate for business correspondence, and I guarantee your résumé will be canned if you do this.
4. Do not use the word "I" in your résumé. Start each sentence with a powerful verb. For example:
- Organized annual student symposium by securing speakers and working closely with marketing department executives.
- Implemented production bonus incentives and "best practices" matrix for all divisions, raising overall productivity by as much as 40 percent.
5. Write a proper cover letter for each position to which you apply. Do not ever send out a résumé without a cover letter. This is basic business etiquette. Personalize each cover letter directly to the position you are applying to. A generic cover letter will not work to your benefit. If possible, address the letter directly to a person. If you do not know the hiring manager's name, use "Hiring Manager."
6. Print your résumé and read it word-for-word. You can use the grammar and spell check function, but don't rely on it.
7. When you have a degree, list only the year that you obtained your degree. When you list your dates of attendance, many résumé scanning systems will not recognize that you obtained a degree, only that you attended college for a period.
8. Deactivate all e-mail links and Web addresses in your résumé and cover letter. To do this in Microsoft Word, highlight the link with your mouse, go to the "Insert" drop-down menu, scroll down to and click "Hyperlink", and on the lower left-hand side of this screen there should be a little button that says "Remove link." When you find it, give it a little click and voila! Alternatively, you can highlight the link with your mouse, right click on it, and scroll down to "remove link" to deactivate the link.
9. Be consistent! For example, don't list one date as 1/2005 and then list another date as 9/22/2005. List software consistently, too. MS Word and Microsoft Excel are both correct, but not consistent when used together.
10. Adhere to punctuation and capitalization rules. Use a reference manual if you do not understand standard punctuation and capitalization rules.
Job Indonesia , Career , Job Vacancy
10 Tips for Writing a Professional Résumé
2. Justify the text instead of using left align. Most people are accustomed to reading justified text. This will make your résumé easy to follow.
3. Choose a common font. Times New Roman, Arial, and Verdana are some of the best fonts for a résumé. Now is not the time to experiment. Most computers do not have 600 different fonts installed so the file will not read correctly if you use your decorative fonts. Do not use cutesy graphics such as candy canes or teddy bears if you want to be taken seriously. (Yes, I have really received a résumé with teddy bears and candy canes on it.) It is NOT appropriate for business correspondence, and I guarantee your résumé will be canned if you do this.
4. Do not use the word "I" in your résumé. Start each sentence with a powerful verb. For example:
- Organized annual student symposium by securing speakers and working closely with marketing department executives.
- Implemented production bonus incentives and "best practices" matrix for all divisions, raising overall productivity by as much as 40 percent.
5. Write a proper cover letter for each position to which you apply. Do not ever send out a résumé without a cover letter. This is basic business etiquette. Personalize each cover letter directly to the position you are applying to. A generic cover letter will not work to your benefit. If possible, address the letter directly to a person. If you do not know the hiring manager's name, use "Hiring Manager."
6. Print your résumé and read it word-for-word. You can use the grammar and spell check function, but don't rely on it.
7. When you have a degree, list only the year that you obtained your degree. When you list your dates of attendance, many résumé scanning systems will not recognize that you obtained a degree, only that you attended college for a period.
8. Deactivate all e-mail links and Web addresses in your résumé and cover letter. To do this in Microsoft Word, highlight the link with your mouse, go to the "Insert" drop-down menu, scroll down to and click "Hyperlink", and on the lower left-hand side of this screen there should be a little button that says "Remove link." When you find it, give it a little click and voila! Alternatively, you can highlight the link with your mouse, right click on it, and scroll down to "remove link" to deactivate the link.
9. Be consistent! For example, don't list one date as 1/2005 and then list another date as 9/22/2005. List software consistently, too. MS Word and Microsoft Excel are both correct, but not consistent when used together.
10. Adhere to punctuation and capitalization rules. Use a reference manual if you do not understand standard punctuation and capitalization rules.
Job Indonesia , Career , Job Vacancy
Resume Writing Should We State Our Hobbies And Interests
By: Paul Hata
There are two types of resumes: chronological and functional. As its name implies, a chronological resume is one that lists your experience and education in order, starting with the most recent jobs or achievements.
This type of resume is sometimes also referred to as reverse chronological resume, because the order of the listing starts with your current employment.
Functional resumes focus on your qualifications, not your career timeline. This style of the resume highlights what skills you have, rather than where and when you acquired or utilize them. In other words, instead of listing your experiences by your job titles, your resume will contained sections titled by your skills such as verbal and written communication, customer satisfaction, project management, etc.
The functional resume style is recommended for college students seeking internships or their first jobs out of college, for those with no professional experience, those who have not worked for some time, or for career changers.
This resume style allows you to reference your hobbies and interests in a way that apply to your career objective only; listing hobbies and interests outside of your career objective is not recommended as it doesn't promote you as a professional in any way.
Any time you are composing a resume, it is important to keep in mind your career objective. You want to present yourself in a best possible light to your potential employer. Thus, the information on your resume has to answer one question: Why are you the best candidate for the job?
The biggest mistake people make on their resumes is including information that is not related to their professional experience. Facts pertaining to your volunteer positions, community work, interests and hobbies that disclose your race, ethnicity, gender, age, sexual orientation, religious beliefs or any personal descriptors that do not directly impact your professional performance must be excluded from your resume.
The functional resume does not require you to list names or organizations you have worked or volunteered for; thus, you can list the experience you have acquired there without potentially disclosing any demographic information. Additionally, don't create a separate section on your resume for hobbies and interests. This is typically seen as amateur, and gives your resume less credibility.
Listing hobbies and interests as they apply to the position you are applying for should be done under specific functional sections. For example, if you are seeking a position in graphic design, and have samples of work that you have done as a hobby, indicate this fact on your resume or in your cover letter.
If your hobbies are related to the type of work you are seeking utilize them to your advantage. If you have read books or completed seminars at the community center that are applicable to your job, make a mention of them. Any employer will welcome the opportunity to have you demonstrate the qualifications that make you a perfect candidate for the job.
As a final step, have a friend review your resume, or if you are a college student, seek assistance from a career center at your school.
Having another person review your resume will help uncover any items that may raise questions about your experience or education, as well as address if the inclusion of your hobbies and interests works to support your career objective.
Perfecting your resume will assure that you show your potential employer that you are the best candidate for the job.
Indonesia Job , Employment , job vacancy